Selasa, 19 Maret 2013

VALENTINE DAYS

VALENTINE DAYS

            Bagi sebagian orang, Islam adalah pembebas, Islam adalah penyelamat. Akan tetapi bagi kebanyakan orang yang telah aman dan mapan dengan system yang telah dianutnya, Islam adalah ancaman. Bukan hal yang luar biasa jika begitu banyak sikap antisipasi terhadap islam. Sejak islam lahir pun telah begitu. Berbagai cara untuk menghancurkannya. Melalui cara terang-terangan atau dengan cara diam-diam, Al Qur’an telah mewarning akan langkah-langkah yang ditempuh untuk merusak tatanan Agama islam.
            “Orang-orang yahudi dan nasrani tidak akan rela kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah:”sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk yang benar”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mareka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi jadi pelindung dan penolong bagimu”. (Q.S. Al-Baqarah : 120). Salah satu upaya yang efektif dan tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga untuk manghancurkan Islam adalah dengan mengaburkan ajaran Islam. Samuel Zwemer, dalam konfrensi al Quds untuk para pastur, pada tahun 1935 mengatakan, “Sebenarnya tugas kalian bukan mengeluarkan orang-orang Islam dari agamanya menjadi pemeluk agama kalian, akan tetapi menjauhkan mereka dari agamanya (Al Quran dan Sunnah)”. Salah satu momen yang sering digunakan untuk menjauhkan umat Islam dari agamanya adalah Valentine day.
          Tanggal 14 februari adalah hari yang dinanti-nantikan oleh para kawula muda di seluruh dunia. Pada hari itu, para remaja biasanya merayakan hari Valentine, suatu hari di mana digunakan momen penting untuk menumpahkan kasih sayangnya kepada orang yang dicintai. Ada bunga, kado, sampai pesta yang mewarnai perayaan hari itu. Tidak heran bila hari Valentine sangat ditunggu-tunggu orang, khususnya kaum muda. Sepanjang tahun, Valentine day seakan-akan manjadi perayaan universal bagi seluruh umat manusia, tidak perduli latar belakang agamanya. Apakah ia beragama Islam, Kristen, Hindu, Budha dll.
            Valentine day tak ubahnya hari maksiat sedunia. Kasih sayang yang ditawarkan tak ubahnya seperti racun yang dipoles manis oleh madu. Membunuh secara perlahan, dan kita terkadang tidak merasakannya. Patut kita ketahui, bahwa Valentine adalah sebuah kebudayaan barat yang diadopsi ke seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia, untuk menyebarkan misi dakwah mereka kaum nasrani. Selayaknya kita mengetahui sejarah munculnya Valentine, menurut beberapa versi yang terkumpul dalam the word book Encyclopedia (1998) : Some trace it to an ancient Roman festival called lupercalia. Other experts connect the event with one or more saints of the early Christian church. Still others link it with an old English belief that birds choose their mates on February 14. Valentine’s day probably came from a combination of al three of  those sources-plus the belief that spring is a time for lovers ? Menurut enksiklopedia tersebut, beberapa sumber sejarah menyebutkan perayaan Valentine day berasal dari perayaan Lupercalia yang merupakan rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno (13-18 Pebruari). Dua hari pertama, dipersembahkan untuk dewi cinta (queen of feverish love), Juno Februata. Pada hari ini, para pemuda mengundi nama-nama gadis di dalam kotak. Lalu setiap pemuda mengambil nama secara acak, lalu gadis yang namanya keluar harus menjadi pasangannya selama setahun untuk senang –senang dan menjadi obyek hiburan. Para pemuda Roma akan mencari pasangan mereka selama festival hingga pesta Lupercalia berikutnya. Mereka saling bertukar hadiah. Para wanita akan menerima sarung tangan harum atau perhiasan mahal. Tidak jarang mereka berhubungan asmara hingga satu tahun, jatuh cinta dan akhirnya menikah. Pada 15 Pebruari, mereka meminta perlindungan dewa Llupercalia dari gangguan serigala. Selama upacara ini. Kaum muda melecut orang dengan kulit binatang dan wanita berebut untuk dilecut karena anggapan lecutan itu akan membuat mereka menjadi lebih subur.
            Setelah berlangsung selama 800 tahun, gereja di Roma menentang perayaan tersebut, dan belakangan uskup dari Interamna yang bernama Valentine memulai kembali kebiasaan tersebut dengan cara yang berbeda. Setelah Roma dikristenkan, para rohaniawan menggeser sehari ke belakang, dari yang sebelumnya 15 Februari menjadi 14 Februari sebagai hari kasih sayang, hari Valentine. Hal ini dimaksudkan sebagai tanda untuk memperingati dua orang martir. Nama Valentino yang pertama dihukum mati oleh Kaisar Claudius II pada 14 Februari 270 M. Sang Kaisar menganggap, bahwa bala tentaranya akan makin besar dan kuat jika mereka tidak menikah, sehingga melarang pria untuk menikah dan tinggal bersama keluarga. Seluruh perkawinan dan pertunangan di seluruh Romawi dibatalkan demi memperkuat militernya. Saat itu Uskup Valentine (seorang pastur) bersama Uskup Marius dan para martir Kristiani lainnya menikahkan pasangan Romawi secara sembunyi-sembunyi. Ketika ketahuan, Uskup Valentine ditangkap dan di penjarakan. Akhirnya dia di hukum, dipukuli dengan tongkat, dilempari batu dan dipenggal kepalanya hingga tewas.
            Hukuman ini terjadi pada tanggal 14 Februari 270 M ketika ketika orang-orang Romawi mempersiapkan festival Lupercalia, yang jatuh 15 Februari. Untuk mengenang jasa dan pengorbanan Uskup Valentine serta menghormati tradisi rakyat, maka para pastor Romawi menentukan tanggal 14 Februari sebagai hari Valentine. Sedangkan Valentino yang kedua adalah seorang bishop dari Interamna (Terni modern). Dua martir ini lalu diberi gelar santo karena pengorbanannya, santo pelindung bagi pasangan yang sedang jatuh cinta. Hingga pada 469 M, Paus Gelasius mengumumkan setiap tahun pada 14 Februari sebagai hari Valentine. Perayaan Hari Valentine juga identik dengan kartu, gambar hati, warna merah muda dan Cupid (malaikat kecil bersayap yang selalu membawa panah asmara kemana-mana). Dia sering dipakai sebagai lambang cinta di hari kasih sayang. Hal itu karena menurut mitologi Romawi, Cupid adalah anak laki-laki Dewa Venus, Dewa cinta dan kecantikan. Dalam Islam hal ini tentu termasuk syirik, artinya menyekutukan Allah. Adapun Cupid (berarti : the desire), si bayi barsayap dengan panah, adalah putra Nimrod, the hunter (dewa matahari). Disebut tuhan cinta, karena ia rupawan sehingga diburu wanita bahkan ia pun berzina dengan ibunya sendiri!. Sejarah Valentine di atas menjelaskan kepada kita apa dan bagaimana valentine day itu, yang tidak lain bersumber dari paganisme orang musyrik, penyembahan berhala dan penghormatan pada pastur. Bahkan tak ada kaitannya dengan kasih sayang. Lalu kenapa kita masih juga menyambut hari valentine ? Adakah ia hari yang istimewa ? adat kebiasaan ? Atau hanya ikut-ikutan semata tanpa tahu asal muasalnya. Bila demikian, sangat disayangkan banyak saudara-saudara kita, remaja putra-putri muslim yang terkena penyakit ikut-ikutan megekor budaya barat dan acara ritual agama lain. Padahal Allah SWT berfirman: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati akan diminta pertanggungjawabannya”.(QS. Al-Isra’ [17]:36).
            Ikut valentine day berarti menghancurkan kepribadian dan karakter kita sendiri, kepribadian muslim. Tidakkah kita mempunyai karakter sebagai muslim muslimah yang telah diajarkan Rasulullah SAW. Seorang pemuda memang harapan dan generasi penerus suatu bangsa, bagaimana kalau pemuda pemudi sekarang sudah kerasukan virus yang bernama valentine, apakah mereka dapat dijadikan pion-pion agama di masa mendatang. Kalu pemuda-pemudi akhlaknya sudah rusak maka Agama Islam akan mudah dihancurkan.
            Sebagai muslim muslimah sejati, sudah sepantasnya mempelajari kembali akan budaya-budaya yang dimiliki Islam sendiri, tidakkah kita mempunyai hari-hari yang mulia, sepertinya hari Arofah, hari ‘Asyura, hari Idul Fitri dan Idul Adha. Itulah hari-hari istimewa yang selayaknya dirayakan dan diperingati. Mengapa kita mengimport kebudayaan orang lain yang belum tentu baik bahkan nyata keburukannya. Wallahu a’lam Bisshowab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


Wikipedia

Hasil penelusuran

Translate